adsense

31 May, 2007

Macam-macam ada: Evolution of Execution



As long as there have been criminals, there have been governments thinking up novel ways to execute 'em. We don't know which of the following gruesome methods the Founding Fathers had in mind with that whole ban on "cruel and unusual punishment," but we know they had plenty to choose from.

Method: Crushing by Elephant
Deadly Debut: India, 4,000 years ago. (It's probably older, but recorded history doesn't go back that far.)


A wood engraving of an execution by elephant published
in the 1868 issue of Le Tour Du Monde. (Image Credit: Wikipedia)

Pachyderms aren't natural-born killers. However, with a little training (often involving practice coconuts), they'll gladly stomp on the head of a criminal. The ancient ritual, which spread nearly everywhere elephants were found, was still in use as recently as the early years of British colonization. Crushings were usually public spectacles administered by abnormally large elephants - just in case the audience didn't find the sight of an angry Dumbo squashing a human head scary enough.

Method: Crucifixion
Deadly Debut: Nobody knows for sure. Somewhere in the Middle East, probably in the 7th century B.C.E.


"Crux simplex", a simple wooden torture stake, according De Cruce Libri Tres by Justus Lipsius (1547-1606) (Image Credit: Wikipedia)

Although forever associated with one particular execution, crucifixion was the capital punishment method of choice in much of the ancient world. Marcus Licinius Crassus probably set the all-time record for crucifixions when, after defeating Spartacus in 71 B.C.E., he had an estimated 6,000 of the gladiator's rebel slaves crucified along the Appian Way. Roman emperor Constantine the Great banned the practice in 337 C.E., but it cropped up again in the 16th century, in such places as Japan and Mexico. Today, Catholics in Iztapalapa, Mexico, crucify themselves annually as a devotional practice, removing the nails before the fatal damage is inflicted.

Method: The Brazen Bull
Deadly Debut: Siciliy, during the tryannical reign of Phalaris (570 - 554 B.C.E.)

An idea worthy of a Bond villain, the tactic involved shutting victims inside the belly of a hollow, life-size brass bull and lighting a fire below it, essentially turning the apparatus into an oven.

Legend has it that a reed-based acoustic mechanism made the victims' screams sound like a bull's bellow, while the smoke from inside blew out its nose. As for Phalaris, he eventually got an inside look at his own device when he was overthrown by Telemachus and became the bull's next meal. (Image Credit: Medievality)

Method: Ling Chi
Deadly Debut: China, around the beginning of the Song Dynasty (10th century C.E.)

Outlawed in 1905, the Chinese practice known as "death by a thousand cuts" involved binding a victim to a pole and carving into his or her arms, torso, and legs. Strangely enough, while "ling chi" translates to "degrading and slow," it's also the name of a fungus known as "the mushroom of immortality."

[Note: Image from a film by Taiwanese artist Chen Chiej-jen called Lingchi - Echoes of a Historical Photograph, interesting article in Taipei Times (warning: gruesome images)]

Method: Cave of Roses
Deadly Debut: Sweden, during the Middle Ages (circa the 13th century C.E.)

Snakes in a cave! Part execution, part nightmare, the Cave of Roses required locking victims in a dark cave filled with a smorgasbord of venomous creatures and other unpleasant creatures. With no way to escape and no way to see, the condemned knew it was only a matter of time before their movements provoked some creepy crawly to deliver a fatal bite. The Cave of Roses was finally abolished in 1772, and fortunately, Sweden grew a lot more enlightened with time. Exactly 200 years later, it became one of the first major European nations to ban the death penalty completely.

Method: Keelhauling
Deadly Debut: Holland, 1560 (when it became part of Dutch naval laws, though it was probably used earlier)


Keelhauling (Image Credit: Everyday Life in Tudor Times )

Man overboard! A punishment specific to sailors, keelhauling meant tying a man with rope, dropping him off the front of a ship, then dragging him "across the keel" from bow to stern. A long haul took several minutes, during which time the victim would drown (though being dragged along the barnacle-covered hull certainly facilitated things). Shorter hauls, conducted for less severe crimes, left sailors scarred but alive - a practice that became popular with pirates as well as government navies.

Method: Spanish Donkey (or Wooden Horse)
Deadly Debut: Spain, 17th century


Wooden horse (Image Credit: The Salacious Historian's Lair)

Used both for torture and execution, the donkey was a big hit in the Spanish military. A naked victim was forced to straddle the apparatus, which was basically a vertical wood board with a sharp V-shape wedge on top. Weights were attached to the offenders' ankles or feet, pulling them down onto the sturdy wedge until the victims split in two. Despite the name no (non-human) animals were harmed in the making of this device.

Method: Guillotine
Deadly Debut: France, 1792


Executioner assistants dismantling the guillotine inside the Santé prison after the execution of French mass-murderer Marcel Petiot in 1946 (Image Credit: The Guillotine Headquarters)

Macam-macam ada: Home Alone



Moral Of Story:Never, ever leave ya kids unattended!!!

Macam-macam ada: Kisah pengantin satu hidup satu mati



Kisah pengantin satu idop satu mati. Seram ni.. jangan tengok kalau takut.
>
>
>
>Begini ceritanya...
, tulisan ini awalnya ditulis dalam bahasa Cina Kemudian
>diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris (kemudian ke dalam bahasa Indonesia).
>
>Seorang guru sejarah melakukan riset, dan tentu saja foto ini adalah Nyata
>dan benar-benar ada.
>
>Berasal dari tahun 1920-an, dari sebuah desa di Cina. Umur sang gadis 17
>tahun. Ia berasal dari keluarga yang berada dan kaya,dan dengan kekuatan
>uang, ia berhasil mendapatkan lelaki idamannya.
>
>Pria tersebut berumur 19 tahun, dan cukup populer di mata para gadis-gadis
>karena ketampanannya.
>Mereka bertunangan, tetapi upacara pernikahan secara resmi Belum
>terlaksana, dan sang gadis meniggal karena demam tinggi pada Tahun 1922.
>
>Sang pria tidak ingin menjalani ritual tradisional menikah Dengan orang ang
>telah mati, dan memutuskan untuk melarikan diri dan menjadi tentara.
>Tetapi, seperti telah disebutkan, sang gadis berasal dari Keluarga yang
>kaya, dan anggota keluarganya berhasil membawa sang pria untuk kembali,
>kemudian sang pria dipaksa untuk menjalani ritual menikah dengan Gadis yang
>telah mati. Foto ini diambil pada tengah malam, ketika sang gadis telah
>mati selama 6 hari.
>
>Mereka harus menyangga tubuh sang gadis dengan papan kayu, Agar dapat
>berdiri dengan tegak. Perhatikan bahwa kaki sang gadis tidak menyetuh Tanah
>secara penuh? Dan juga, 2 baris huruf Cina, satu barisnya di Tulis secara
>terbalik, yang dikatakan diperuntukkan bagi yang telah mati. mereka
>mengatakan jika anda menatap foto dengan waktu relatif Lama dan jika sang
>gadis tersenyum balik kepada anda, hal buruk akan Terjadi kepada anda. Ini
>karena sang pria tidak ingin menjalani ritual tersebut, namun, sang pria
>sangat miskin, dan tidak dapat melakukan apapun pada Waktu itu.
>
>Sang gadis sangat mencintainya, dan memaksanya untuk bertunangan.
>Menyeramkan??? Anda yang menentukan... Saya tidak merasa Ataupun melihat
>sang gadis tersenyum balik kepada saya... Anda???
>
>Mengikut sumber yg dipercayai, gambar ini adalah original. Lihat pada muka
>pengantin pompuan. Nmpk yg mata dan pipi pompuan tu jatuh, tanda sudah mati
>dengan mulut yg terbuka sedikit, itu biasa terjadi pada org yg dah mati
>kerana otot rahang dah tak berfungsi. Diferent dgn pengantin lelaki, muka
>dia masih utuh.
>
>Kaki perempuan tu pun tak jejak tanah, sebab diaorang guna papan untuk
>mendirikan mayat tersebut. Macam mana diaorang dirikan... tak tau la
>plak...

Macam-macam ada: weird creature











Isu Hangat: Keputusan Mahkamah Kes Lina Joy

ALLAHUAKBAR !!!!


Santapan Jiwa: WAJAH KEMATIAN



WAJAH KEMATIAN
CUKUPLAH KEMATIAN SEBAGAI PENGAJARAN
(Untuk peringatan diri sendiri)
Selimut Putih (Lagu asal nyanyian "Orkes El Suraya" dari Medan )
Bila Izrail datang memanggil
Jasad terbujur di pembaringan

Seluruh tubuh akan menggigil
Terbujur badan dan kedinginan

Tiada lagi gunanya harta
Kawan karib sanak saudara

Jikalau ada amal di dunia
Itulah hanya pembela kita

Janganlah mahu disanjung - sanjung
Engkau digelar manusia agung

Sedarlah diri tahu diuntung
Sebelum masa keranda diusung

Datang masanya insaflah diri
Selimut putih pembalut badan

Tinggal semua yang dikasihi
Berbaktilah hidup sepanjang zaman
Hari yang ke....??
Hari yang ke....??
Hari yang ke....??
Hari yang ke....??

Dan saksikan... bahawa KEMATIAN ITU ADALAH BENAR. DAN..
SETIAP YANG HIDUP PASTI AKAN MERASAI MATI!
Hari yang ke....??

Macam-macam ada: Security When Kaabah Door Opens



ISu Hangat: This truth is not shown to the world



Picture showing graves of the eleven children, killed by American bombing.

Isu Hangat: Sukar lafaz kalimah syahadah



KUALA LUMPUR: â€Å“Saya tidak boleh mendengar azan, apatah lagi bacaan
al-Quran. Semua itu membuatkan tubuh saya panas!” Itu pengakuan seorang
wanita berusia lewat 20-an yang hampir dua tahun keluar daripada agama
Islam.
Cuma mahu dikenali sebagai Sarah, wanita itu kini berusaha untuk kembali
kepada Islam sejak dua bulan lalu selepas menghuni sebuah pusat
perlindungan di pinggir Kuala Lumpur.
Dalam pertemuan eksklusif dengan Metro Ahad, Sarah bukan saja berkongsi
kisah bagaimana dia keluar daripada Islam, tetapi turut mendedahkan
ramai
orang Melayu beribadat di rumah ibadat agama lain yang dianutinya.

Ikuti temubual TUAN ASRI TUAN HUSSEIN, FUAD HADINATA YAACOB dan ASMIZAN
MOHD SAMIRAN bersama Sarah.
Soalan (S): Kami diberitahu anda sudah keluar daripada agama Islam,
betul?
Jawapan (J): Ya.
S: Sejak bila?
J: Mula mendekatkan diri pada hujung 2005 tapi secara serius pada
pertengahan 2006.
S: Adakah anda kini ‘free thinker’ atau menganut agama lain?
J: Saya menganut agama lain, tapi sejak dua bulan lalu saya cuba kembali
kepada Islam.
S: Maksudnya, sekarang anda sudah kembali Islam?
J: Belum lagi, saya masih mencuba.
S: Bila dan bagaimana anda mula mendekati agama itu?
J: Saya bekerja di sebuah hotel dengan majoriti rakan sekerja warga
asing
yang menganut agama itu. Pada penghujung 2005, saya mula mengikut rakan
sekerja saya berkunjung ke rumah ibadat agama itu. Semua dilakukan untuk
suka-suka. Bagaimanapun, ketika itu saya hanya di luar.

S: Ketika itu anda masih Islam, tidakkah anda berasa janggal atau
bersalah
berbuat begitu?
J: Tidak, kerana seperti saya katakan, saya tiada apa-apa perasaan
mengikuti aktiviti ibadat mereka. Semua untuk tujuan berseronok saja.
S: Anda tidak dipengaruhi sesiapa?
J: Tidak.
S: Selepas itu apa berlaku?
J: Lama-kelamaan saya menjejakkan kaki ke dalam rumah ibadat agama itu.
Ia
berlaku pada pertengahan 2006. Saya rasa seronok dan selesa dengan agama
itu.
S: Mesti ada sebab kenapa anda tergamak membuat perubahan begitu berani
dengan meninggalkan Islam dan menganut agama lain. Adakah anda
menghadapi
apa-apa masalah seperti dengan keluarga atau teman lelaki?
J: Saya tidak berdepan masalah besar. Jika ada pun, cuma bebanan kerja,
tetapi tidak terlalu serius. Seperti saya katakan tadi, saya melakukan
ini
hanya kerana suka-suka.
S: Jadi anda menganggap soal agama ini seperti mainan, boleh keluar
agama
hanya kerana suka-suka?
J: Tak tahulah.

S: Ceritakan aktiviti anda seterusnya.
J: Selepas pertama kali memasuki rumah ibadat agama itu dan berasa
selesa
dengannya, saya semakin kerap ke sana. Sepatutnya, saya kena pergi
setiap
minggu tapi disebabkan masalah jadual kerja, saya hanya boleh pergi dua
kali dalam sebulan.
Saya juga mula mengikuti aktiviti ibadat mereka. Akibat perasaan ingin
tahu
yang semakin menebal, saya juga minum ‘air suci’ mereka.
S: Anda disuruh oleh sesiapa atau anda sendiri yang ingin minum?
J: Tak ada orang suruh atau paksa, saya sendiri yang nak minum.
S: Tak rasa takut atau bersalah ke?
J: Tak adalah, biasa saja.
S: Berapa kali anda meminum air itu?
J: Sekali saja.
S: Apa yang anda rasa selepas meminum air itu?
J: Ketika itu saya semakin pasti saya sudah meninggalkan Islam. Saya
tahu
ungkapan kalimah syahadah, tetapi entah mengapa saya tidak boleh
melafazkannya. Saya tidak boleh mendengar azan, apatah lagi bacaan
al-Quran.

Semua itu membuatkan tubuh saya panas. Bila dengar azan di televisyen,
saya
cepat-cepat matikan televisyen. Kalau dengar azan dari masjid atau
surau,
saya lari masuk ke dalam tandas.
S: Kenapa?
J: Saya tak boleh dengar, kepala saya rasa sakit dan badan rasa panas.
Sejak itu juga saya meninggalkan semua ajaran Islam. Tidak sembahyang...
tidak puasa.
S: Selepas keluar daripada Islam, apa perbezaan yang anda rasakan?
J: Tidak ada apa-apa. Sama saja.
S: Sepanjang menganut Islam sebelum itu, adakah anda tidak merasai
kenikmatan dan keindahan Islam?
J: Ada.
S: Jadi, kenapa pilih untuk mendekati agama lain?
J: Suka-suka saja.
S: Setuju jika kami katakan, sebab utama anda keluar Islam dan menganut
agama itu ialah disebabkan anda berkawan rapat dengan rakan yang
menganut
agama itu?
J: Ya, saya setuju.
S: Selepas keluar Islam, bagaimana kehidupan anda?
J: Saya menjalani kehidupan seperti biasa. Saya rahsiakan apa yang saya
lakukan daripada ibu bapa dan keluarga. Saya juga berkunjung ke rumah
ibadat agama itu sekurang-kurangnya dua kali sebulan.

S: Sepanjang berkunjung ke rumah ibadat itu, anda ada melihat orang
Melayu
lain di situ?
J: Ada. Saya tidak pasti jumlahnya, tetapi ramailah juga. Saya yakin
mereka
baru bertukar agama kerana mereka kelihatan kekok melakukan ritual agama
itu.
S: Apa menyebabkan anda ada di rumah perlindungan ini? Adakah disebabkan
anda ingin kembali kepada Islam?
J: Saya di sini atas sebab lain, biarlah ia saya rahsiakan. Namun,
selepas
ada di sini, semua aktivitinya berteraskan ajaran Islam. Pada mulanya
saya
cuba mengelak dan merahsiakan status agama saya.

Apabila penghuni lain menunaikan solat beramai-ramai, saya berasa sangat
rimas dan tubuh menjadi panas. Saya sanggup berkurung di dalam tandas
untuk
mengelak berdepan situasi itu.
Jadi, lama-kelamaan pihak pengurusan berjaya mengesannya. Nak tak nak,
saya
terpaksa berterus terang. Mereka terkejut, tapi tidak terus memaksa saya
bersembahyang, baca Yasin dan sebagainya kerana mereka tahu saya tidak
boleh berbuat demikian. Selepas beberapa sesi kaunseling, hati saya
kembali
terbuka untuk kembali kepada Islam dan mereka membantu saya.
S: Bagaimana sekarang?
J: Sedikit demi sedikit saya beroleh kesedaran. Saya sudah boleh
mengucap
dan sembahyang, tapi belum pulih sepenuhnya. Ada kalanya masih
mengingati
agama itu. Bukan senang nak lupakan.

Taktik murtadkan umat Islam

>Mendekati sasaran dengan berselindung di sebalik nama pertubuhan bukan
kerajaan (NGO) yang kononnya menjalankan aktiviti kebajikan dan
kemasyarakatan.

> Sangat mudah menghulurkan bantuan, termasuk kewangan dalam jumlah
tinggi.

> Mempelawa sasaran untuk terbabit sama dalam aktiviti kebajikan yang
dianjurkan seperti membantu orang miskin. Biasanya program terbabit
dijalankan di rumah ibadat dan selepas selesai tugas diberi upah.

> Selepas menabur wang yang banyak dan penerimanya mula terasa terhutang
budi, mereka mula mempertikaikan Islam dengan menggunakan hujah akal dan
mengelirukan.

> Apabila berjaya dipengaruhi, umat Islam yang murtad diberi tugas
mempengaruhi lebih ramai umat Islam supaya murtad. Antara tugas ialah
mengedarkan risalah mengenai agama berkenaan.

> Risalah yang dicetak memaparkan tajuk santai seperti ‘Need A Real
Friend?̢۪ (Perlukan Kawan yang Sebenar?) dan memaparkan gambar
melambangkan
keharmonian.

> Risalah diedar di lokasi tumpuan orang ramai dan turut diselitkan
secara
haram di dalam buku di perpustakaan institusi pengajian tinggi.

Mengunakan jejaka kacak untuk menggoda wanita Islam.

> Berpura-pura mahu mendalami Islam.

> Menjanjikan cinta sehingga ‘terlanjur’.



Ya Allah ! Selamatkanlah Umat Islam di seluruh dunia ini.

Betulkan niat dalam melakukan sesuatu kerana Allah S.W.T

Firman Allah bermaksud: â€Å“Makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang
telah diberikan Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah, jika hanya
kepada-Nya kamu menyembah.” (Surah An-Nahl, ayat 114)

Santapan Jiwa: Bagaimana Nak Membantu Orang yang sedang Nazak



Assalammualaikum,

Pada hari Sabtu lepas ( 03 Sept 2005 ) Surau
Darussaadah di Keramat Permai telah
mengadakan ceramah umum mengenai Isra' Mikraj
oleh Ustaz Abdullah Mahmud. Berikut adalah
sedikit sebanyak intipati ceramah yang ingin saya
kongsi bersama rakan2 sekalian:-

Menurut Ustaz, masyarakat Melayu telah lama
buat salah dalam 'membantu' seseorang
mengahdapi sakaratul maut. Menjadi kebiasaan,
kita akan mengelilingi orang yang tengah nazak
dengan masing2 membaca surah Yasin, dengan
bacaan yang tersendiri dan bermacam2 ragam
(setengah dengan tartil, setengah bacaan laju).
Perbuatan sebegini akan menjadikan orang yang
tengah nazak merasa lebih kelam kabut (kerana
menurut ustaz sebelum datangnya kematian,
kita 'disibukkan' dengan segala gambaran
perbuatan kita di dunia). Kaedah yang sepatutnya
diamalkan ialah:-

i. Lantik seorang yang bacaan Alquran nya baik
(dari segi tajwid) untukmembaca surah Yasin -
yang lain2 bole bersama2 semak.

ii. Sebaik2 orang yang dilantik itu adalah anak
ataupun saudara terdekat yang mempunyai
perasaan kasih pada orang yang tengah nazak.

iii.Merenung wajah orang tengah nazak sebelum
surah Yasin dibaca untuk menimbulkan rasa belas
kasihan dan mudah2an surah yang dibaca boleh
membantu pencabutan nyawa beliau.

iv.Membaca 3 hingga 4 kalimah Surah Yasin,
berhenti, dan menolong (menuntun) beliau untuk
melafaz "Laa ila ha illallah".

v. Kemudian menyambung semula bacaan, baca 3
hingga 4 kalimah, berhenti lagi, dan menolong
beliau mengucap "Laa ila haillallah" lagi.

vi. Diteruskan sehingga lah beliau
menghembuskan nafas yang terakhir.

Semoga ini dapat meningkatkan lagi ilmu
pengetahuan kita dalam 'membantu' saudara mara
atau mak ayah kita dalam menghadapi sakaratul
maut. Dan semoga kita mendapat segala rahmat
serta hidayah NYA dlm membuat amal kebajikan
dengan cara yang betul bukan semata2 melalui
ikutan adat. Amiin.

Panjang2kanlah email ini pada rakan2 dan sanak
saudara utk kebaikan kita bersama.

Wassalam.

Macam-macam ada: Anak Edry KRU


Macam-macam ada: Nice paintings





Blog Widget by LinkWithin